Rabu, 14 April 2010

PEMERKOSAAN SEBAGAI PERILAKU MENYIMPANG

PEMERKOSAAN SEBAGAI PERILAKU MENYIMPANG
(Kasus pemerkosaan seorang karyawati di Kota Padang)



Pemerkosaan dapat diartikan sebagai hubungan seksual dengan ‘cara paksa’, yang umumnya dilakukan oleh pria terhadap wanita dan termasuk tindakan amoral sehingga si korban akan menderita gangguan mental seperti frustasi, apatis, trauma dan lain sebagainya.
Terjadinya pemerkosaan terhadap seorang karyawati sebuah perusahaan di Kota Padang tepatnya terjadi di sekitar daerah Air Tawar yang peristiwanya bermula dari ketika dia pulang kerja disore hari dengan menumpangi sebuah angkot (angkotan kota) untuk pulang dan kebetulan kondisi penumpang yang sepi membuat dia sendirian dalam angkot tersebut. Setibanya di daerah sekitar Air Tawar sebuah mobil Kijang hitam berhenti menyalip mobil angkot tersebut dan turunlah dua orang laki-laki yang segera masuk kedalam angkot serta segera menyeret karyawati tersebut keluar dari angkot tersebut. Dengan membekap mulutnya, dipaksalah si perempuan tersebut ke dalam mobil Kijang dan selanjutnya dibawa kabur. Kejadian selanjutnya terdengarlah kabar bahwa dirinya telah diperkosa sehingga hilanglah keperawanannya.
Bila kasus tersebut dianalisa dan ditinjau dari Sosiologi Perilaku Menyimpang maka kemungkinan besar kasus tersebut bisa dianalisa lewat teori ‘Social Control’nya- IVANNYE yang berupa Internal Control, Indiret Control, Direct Control maupun Legitimate Need Satisfaction.
Secara Internal Control hal tersebut dapat terjadi karena tiadanya keimanan karyawati tersebut dimana secara ‘ego’ dia begitu percaya diri untuk pulang sendirian. Dalam hal ini diasumsikan pakaian kerja yang dia pakai juga berkesan ‘seronok’ dan duduk dalam angkot tersebut sendirian - Kota Padang yang merupakan kota besar - sehingga berkemungkinan banyak orang untuk masuk kedalamnya yang membuat orang menjadi ‘negative thinking’ melihatnya sehingga menyangka dirinya sebagai seorang penjaja seks komersil.
Indirect control menganalisa bahwa kemungkinan besar cinta kasihnya terhadap orangtua, teman ataupun pacarnya sudah berkurang sehingga tidak adanya rasa ketakutan untuk pulang sendirian. Dalam hal ini diasumsikan ketika pacarnya menawarkan jasa untuk mengantarkan dia pulang dia malah bersikeras hati untuk pulang sendiri (karena pandangan dan pemikirannya bahwa wanita karir harus mandiri dalam segala hal) sehingga tidak ada yang menolongnya ketika peristiwa itu terjadi.
Adapun secara Direct control yang merupakan Outer Contaiment (aturan-aturan yang berasal dari luar dirinya seperti polisi, orangtua dan teman-temannya) dianalisis bahwa keadaan kota Padang disore hari yang ramai dan dikunjungi orang luar kota Padang namun sibuk dengan ‘ego’ masing-masing untuk pulang ke rumah sehingga secara dimensi waktu berkemungkinan terjadinya perilaku menyimpang tersebut. Polisi yang bertugas disana diasumsikan sedang ‘tebar pesona’ terhadap anak-anak kuliahan disekitar daerah Air Tawar tersebut sehingga cuex dan tak tahu menahu dengan tindakan deviasi yang terjadi. Dalam hal ini tindakan pelaku secara paradigma Scientific bahwa pelaku melihat bahwa ketiadaan respon yang positif masyarakat terhadap berbagai penyimpangan yang terjadi baik itu dari segi norma (seperti dari cara berpakaian individunya), perilaku (cara bergaul dan bertingkah laku) padahal daerahnya menganut falsafah ‘Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah’, menyebabkan pelaku melakukan perilaku menyimpang tersebut sehingga status individu sebagai pemerkosa merupakan produk dari masyarakat dimana dia berada.
Seorang psikiatris pornografi adalah jalan bebas hambatan menuju praktek sadomasokis dan kontak seksual dengan binatang. Sekitar 420 juta website terkait dengan pornografi berserak di internet, membuat kecanduan gambar syur teramat sulit dhentikan dibanding ketika zamannya mesti membeli majalah dan sembunyi-sembunyi di kamar.

Dari toxic pada otak, kecanduan pornografi merambah ke pengunaan kartu kredit yang membabi buta, kurang tidur, menghindar dari tanggungjawab, atau bahkan ‘menendang’ pasangan dalam kehidupan nyata.

Terapis seks Dr Louanne Cole Weston yang juga seorang anggota panel mengatakan, ada tiga hal mengapa seseorang doyan pornografi. Pertama, untuk memuaskan fantasi; kedua, menghindari keintiman dan hubungan dalam kehidupan nyata; dan ketiga atau yang paling banyak menjadikan pornografi sebagai teman sebelum masturbasi.

"Seringkali seseorang tidak mendapatkan hal yang diinginkan dalam kehidupan nyata," kata Dr Weston. Karena itu, pornografi dalam skala tertentu dapat juga menjadi bagian dari hubungan yang sehat, namun pada titik tertentu justru menjadi racun.

Sebagian orang berpaling ke pornografi karena keintiman dalam sebuah hubungan sama sulitnya dengan mempertahankan hubungan itu sendiri. Karena itu kemudian menyisihkannya untuk dinikmati secara rahasia. Selain itu, dengan semakin mandirinya seseorang,ternyata member pengaruh terhadap sebuah hubungan social.

Sementara label kecanduan pornografi, menurut dr Weston, adalah istilah yang muncul karena kehidupan sosial tidak setuju dengan perilaku itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar